Mandiriyes


peluang bisnis online jangka pendek dan jangka panjang

Minggu, 03 Februari 2013

Nyi Ageng Serang


Nama asli Nyi Ageng Serang adalah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih asli Edi Retno (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1.752 - Yogyakarta, 1828) Adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Dia adalah putri dari Pangeran Natapraja yang mengontrol daerah terpencil dari kerajaan Mataram yang sekarang tepatnya di wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya meninggal Nyi Ageng Serang menggantikan ayahnya. Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan KalijagaHe juga memiliki pahlawan nasional adalah keturunan Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Dia adalah seorang pahlawan nasional yang hampir terlupakan, mungkin karena namanya tidak sepopuler RA Kartini atau Cut Nyak Dhien tapi dia adalah anugerah bagi negara Warga Kulon Progo monumen mengabadikan dirinya di pusat kota Wates patung dia adalah kuda gagah berani membawa tombak..

Lahir dan meninggal untuk berjuang mungkin itulah gambaran yang paling tepat untuk memvisualisasikan sosok Nyi Ageng Serang. Betapa tidak, lahir di tengah suasana perang Mangkubumi (19 Mei 1746) yang baru berakhir setelah dia berusia 9 tahun yang akhirnya menghasilkan 'Perjanjian Gianti (13-2-1755) yang lalu memecah Mataram menjadi Kasunanan Surakarta (Paku Buwono III) dan Kasultanan Yogyakarata (Sultan Hamengku Bowono I), begitupun inilah yang menjadi pemicu hengkangnya keluarganya (Panembahan Natapraja) karena tidak menyukai hubungan politiknya dengan VOC.

Sikap frontal habis-habisan ayahnya terhadap Belanda menggembleng Nyi Ageng Serang dan saudara laki-lakinya menjadi mahir dalam soal militer.
Ketika pada akhirnya saudara laki-lakinya  dan ayahnya gugur, Nyi Ageng hanya bisa mendengar dan berdoa dari balik jeruji penjara.

Pada usia belia dia diserahkan Belanda ke Yogyakarta (masa Sultan Hamengku Buwono II/ tahun 1792). Perlakuan bak keluarga keraton yang diterimanya, tidak melunturkan keberanian terhadap penjajah. Hasrat untuk mengusir penjajah tetap berkobar, untuk itu dia selalu tirakat, mendekatkan diri pada Tuhan dengan puasa, semadi, dsb. Ketka memutuskan pulang ke kampung halamannya, Serang, ini mempertemukannya dan lalu menikah dengan Pangeran Kusuma Wijaya yang memiliki semangat juang sama dengan dirinya.
Pada akhirnya putrinya dinikahkan dengan putra Sultan Hamengku Buwono II yang bersimpati pada Nyi Ageng Serang, sehingga mempunyai putra R.M Papak yang lalu bermitra dengan neneknya dalam pasukan Diponegoro.

Tahun 1810 (Daendels) memaksa turun Hamengku Buwono II diganti Hamengku Buwono III (putranya).
Tahun 1812 (Raffles) / Inggris menangkap, membuangnya. Ketika Belanda berkuasa kembali dan Perang Diponegoro pecah, Hamengku Buwono III memperalat Hamengku Buwono II (besan Nyi Ageng Serang) untuk mengambil hati bangsawan agar dapat mempengaruhi untuk menghentikan perlawanan rakyat yang memihak pergerakan Diponegoro.
Bujukan Hamengku Buwono II tidak pernah digubris (terutama oleh besannya, juga cucunya) yang menggabungkan diri dengan pasukan Pangeran Diponegoro, dengan jabatan pinisepuh (penasehat perang).
Pada saat itu (1825) usia Nyi Ageng 73 tahun, tetapi dia bukan nenek dan wanita renta, sekalipun harus ditandu dalam setiap pertempuran.
Ketika Perang Diponegoro pecah pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang juga menjadi salah satu panglima tentara. Pasukan dibantu oleh banyaknya simpatisan yang membesar, terutama banyak petani yang bergabung dengan tentara. Nyi Ageng Serang juga dikenal sebagai pelatih dan negosiasitor ulung.
Pada 1828, setelah suaminya lebih dulu gugur, dia juga wafat  bersamaan dengan wafatnya Hamengku Buwono II. Tetapi konten, aviliasi dan arus politik yang akhirnya berbeda meninggalkan kesan yang berbeda pula.
Nyi Ageng Serang meninggal karena sakit dan sudah berusia lanjut dan dimakamkan di Orchard beku, Pagerarjo, Kalibawang, Kulonprogo. Makam ini terletak di sebuah bukit, sekitar 6 km dari jalan - Muntilan Dekso. Jarak dari Yogyakarta ± 32 km, dari kota Wates ± 30 km.

Makam ini dipugar pada tahun 1983 dengan berbentuk bangunan joglo. Pemerintah Kabupaten memberikan atensi besar dengan kegiatan pemugaran kompleks makam Nyi Ageng Serang, makam suaminya, ibu, cucu dan yang telah dimakamkan di desa Nglorong.

Selain makam Nyi Ageng Serang, di Kulonprogo, juga dibangun sebuah monumen Nyi Ageng Serang. Monumen ini menggambarkan sosok Nyi Ageng Serang memimpin pasukannya sambil menunggang kuda.
 


Semoga bisa memotivasi, menjadikan mata hati kita terbuka dalam berpolitik. Bahwa politik itu seharusnya hitam dan putih (seperti Nyi Ageng Serang), bukan abu-abu (seperti Hamengku Buwono II), wallahualam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2013/01/cara-membuat-like-box-facebook-melayang_4.html#ixzz2PMSpJU00 Follow us: @aby_farhan on Twitter