Dalam literatur ilmu
politik, secara umum sifat partai politik dapat diklasifikasikan dalam
dua kategori, yaitu Partai Kader dan Partai Massa. Namun dalam
praktiknya antara kedua kategori ini sering tidak terbagi secara
ekstrem, akan tetapi merupakan perpaduan (kombinasi) ciri-ciri dari
keduanya, atau disebut sebagai partai berstandar ganda (campuran).
Partai Kader merupakan partai yang
lazimnya lebih mengutamakan tampilan kualitas anggota dan pengurusannya.
Dalam proses rekruting anggota apa lagi dalam pengangkatan pengurus
amat memeperhatikan kualitas penokohan masing-masing individu, selain
itu kemampuan dari masing-masing individu juga sangat diperhitungkan
mengingat dengan pengikut yang sedikit, kader inilah yang nantinya akan
membawa partai tersebut mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Disiplin partai lebih ditegakkan dan lebih mengacu pada
aturan – aturan baku yang berlaku spesifik partai. Melihat sosok
demikian ini partai Kader sering dianggap sangat elitis , mewah, kurang
merakyat, dan eksklusif. Contoh partai politik di Indonesia yang
menganut sistem ini yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dikenal
sebagai pertai Kader militan, serta pengurus dan anggotanya terkenal
sebagai perkumpulan orang-orang pandai. Pada jaman reformasi saat ini,
partai yang dikenal sebagai partai Kader adalah Partai Amanat Nasional
(PAN) karena dilihat dari sosok orang-orang penting partai sejak
tampilan pada delarator partai, pengurus partai , dan para anggota
pendukungnya adalah orang-orang akademisi, para guru besar
(Profesor,Doktor, lulusan Magister, dan rata-rata sarjana Strata 1.
Kelemahan dari sistem ini,
ada kerugian bagi sistem partai Kader ini yaitu akan kurang mendapat
dukungan dari suara rakyat kelas bawah. Tapi ada keuntungannya pula,
yaitu kerja partai lebih efisien, dinamis, dan biasanya dalam
pengangkatan jabatan politik sering diperhitungkan oleh partai yang
berkuasa pemenang pemilu untuk merekrut tokoh-tokoh yang profesional
dalam bidangnya dari anggota-anggota partai kader.
2. Partai Massa
Sedangkan partai Massa
merupakan partai yang lebih berorientasi kepada dukungan massa dalam
jumlah besar. Umumnya mengabaikan mengenai kualitas anggotanya, siapa
saja boleh masuk tidak pandang bulu. Oleh karena itu ,sifat dari partai
ini lebih menekankan pada perhitungan kuantitatif, jumlah pendukung dan
besaran pengikut potensial yang nantinya akan memilihnya pada saat
pemilu, tak peduli apakah anggota yang direkrut mempunyai kompetensi dan
kemampuan yang sebanding dengan yang diharapkan dalam artian pencapaian
tujuan, ataukah tidak, semua itu tidak menjadi masalah mengingat tujuan
akhir perekrutan anggota adalah didapatkannya massa pendukung dalam
jumlah yang sangat besar. Partai massa lebih tertuju pada upaya
perolehan suara yang besar dan pemenang pemilu umum. Sifat partai massa
lebih egaliter, merakyat, dan bersahaja, akan tetapi hal tersebut tidak
bisa digunakan sebagai acuan bahwa parta yang menggunakan sistem massa
lebih baik daripada partai dengan sistem kader dalam urusan kepedulian
terhadap kesejahteraan rakyat. Untuk itu persyaratan anggotanya amat
longgar, tidak terlalu disiplin, dn dipermudah dalam segala hal sehingga
sering pula menimbulkan masalah yaitu mudah terjadi konflik internal,
sistem klik, sesama anggota bahkan jarang yang saling mengenal secara
akrab karena amat luasnya pendukung yang terdiri dari bermacam-macam
strata sosial yang tidak berimbang, bahkan bisa berbeda aspirasi dan
kepentingan, serta ikatan emosi kepada sang pemimpin sangat tinggi. Oleh
karena itu, kepemimpinan partai ini lebih didasarkan atas karisma yang
berbau mitos-mitos. Pada jaman orde lama contoh partai seperti ini
tercermin dalam Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada era reformasi saat
ini contoh jenis partai ini nampak pada Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
yang kemudian lahir sempalannya terpisah menjadi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarno Putri
atas dasar kharisma yang dimiliki ayah handanya yaitu Bung Karno.
Analisis Terhadap Jenis Partai yang Lazimnya Digunakan di Indonesia
Dari keterangan di atas,
menurut kelompok kami negara Indonesia menganut jenis partai yang
bersifat “Partai Berstandar Ganda” yaitu jenis partai yang memadukan
kedua ciri-ciri antara partai kader dan partai massa. Di satu pihak,
kebijakan partai memprogramkan lahirnya kader-kader partai yang
berkualitas, artinya pendekatan yang selektif, bahkan sering mengincar
tokoh-tokoh berbobot yang masih netral di luar partai yang dipandang
cukup bermutu, mereka mendekati untuk diajak (dibujuk) masuk partai
sebagai salah satu icon ataupun kader dengan kualitas setara sesuai
dengan yang dibutuhkan partai untuk mencapai tujuannya. Di pihak lain,
kebijakan partai juga longgar untuk merekrut orang-orang yang kurang
berkualitas, dalam arti latar belakang pendidikan rendah, kurang
wawasan, tidak nyambung untuk diajak rapat yang berat-berat, dan
sebagainya dengan asumsi bahwa satu anggota sangat berpengaruh terhadap
perhitungan suara yang akan dikalkulasi nantinya. Akan tetapi mereka
sangat potensial dalam mendatangkan massa untuk mendukung partai, karena
orang tersebut pandai bergaul dan populer di masyarakat kelas bawah.
Sehingga jenis orang semacam ini walaupun dipandang kurang bermutu dalam
pemikiran, akan tetapi menguntungkan dari segi dukungan penghimpunan
suara.
Referensi: Suroto,2003.Partai-partai Politik di Indonesia.Jakarta.PT. Citra Mandala Pratama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar