Mandiriyes


peluang bisnis online jangka pendek dan jangka panjang

Selasa, 26 Februari 2013

Seleksi Calon Legislator


Berbagai survei mutakhir menunjukkan kepercayaan publik terhadap partai politik memudar karena perilaku kader partai yang korup dan tidak peduli pada aspirasi konstituen (Kompas, 4/2).

Salah satu cara memulihkan kepercayaan itu adalah melibatkan anggota partai memilih bakal calon dari sejumlah calon yang disiapkan dan diseleksi pengurus.

Read More......

Rabu, 13 Februari 2013

Bunda, Anak Kita Dalam Bahaya!

anak kita dalam bahaya, anak kita

Bunda, Anak kita dalam Bahaya 
(WAJIB baca bagi Ortu yg sayang Anak) 


Catatan ini buat para Orang tua atau Calon Orang tua,,, 
Silahkan dibaca,,Semoga Bermanfaat.. 

Hasil Seminar tanggal 30 Oktober 2010 di kemang village, Jakarta By Elly Risman, M.Psi (Yayasan Buah Hati) Di share dari teman yang ikut di Jakarta. 

Read More......

Selasa, 12 Februari 2013

Perempuan Itu Realistis

Beberapa waktu yang lalu suamiku mengungkapkan keheranannya tentang teman dekatnya yang ingin berpoligami (padahal dia sudah memiliki segalanya dengan/dari istrinya, yang juga sudah diakui oleh temen tersebut).
Selintas terbayang tentang tanteku (sekarang sudah almarhumah), yang menjanda di usia 26 tahun dengan 3 anak bisa bertahan tetap menjanda dengan juga tetap konsisten bekerja optimal dengan tetap menjalankan peran mendidik putra putrinya dengan sebaik-baiknya sampai ajalnya di usia 60 tahun.
Tanpa niat untuk mengkomparasikan kedua hal tersebut, sekedar suatu ungkapan tentang perempuan (laki-laki) postingan kali ini.
Ditengah masyarakat acapkali tetebar stereotip bahwa perempuan merupakan insan yang lebih lemah daripada laki-laki. Sungguhkah lelaki lebih kuat daripada perempuan? Sungguhkah lelaki bisa lebih sabar, taat asas (konsisten) dalam meniti kebaikan hari demi hari?
Begitu banyak lelaki menempatkan perempuan, termasuk pasangan hidup mereka sebagai pendamping yang submisif di bawah bayang-bayang dominasi kelaki-lakian. Maka laki-laki tidak pernah mencuci piring di dapur, tidak pernah mengepel lantai, tidak pernah menyiapkan makanan sendiri, jarang memasak untuk keluarganya. Semua pekerjaan itu seolah hanya beban perempuan, atau beban pasangan hidup sang pria yang 'digdaya'. Tak pelak tangan laki-laki seringkali justru lebih halus daripada tangan perempuan.

Dalam konteks lainnya, sekali lagi terlihat ke'realistisan' perempuan, berikut gambarannya.
Seringkali perempuan yang hidup sendiri (baik ditinggal suami bekerja di tempat yang sangat jauh, ataupun suami sudah meninggal), jamak sekali mendapat godaan dari laki-laki (dengan cara halus maupun kasar).
Godaan halus yang tampil dalam bentuk yang mempersoalkan seberapa kuatkah manusia ditinggal suami begitu lama, mereka berasumsi bahwa pria saja tidak akan kuat bertahan dalam kesetiaan jika berpisah begitu lama dengan istrinya. Apalagi perempuan, bukannya lebih meresa kesepian dan butuh kehangatan laki-laki.
Dalam hal lain lagi, godaan utnuk menjadi istri kesekian (baca: poligami) adalah bentuk tawaran yang biasanya datang dari laki-laki yang sok hidupnya sudah bisa menjamin hidup bahagia dunia dan akhirat juga tidak lupa menganggap diri mumpuni dalam menakar keadilan dalam hidup (katanya).

Beberapa gambaran diatas sesungguhnya secara tidak langsung memproyeksikan kerapuhan laki-laki sendiri. Yang benar-benar butuh kehangatan secara berlebih adalah para lelaki bukan perempuan. Namun, kebutuhan berlebih itu diproyeksikan keluar, sehingga seolah menempel pada perempuan.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan perempuan begitu tegar, sabar, kuat, taat asas, setia dan tabah.
Pertama, alasan bersifat eksternal dan relasional terutama berkaitan dengan relasi si perempuan dan keluarga suaminya yang disertai dengan pengenalan diri yang sangat baik tentang keluarga suaminya juga pengenalan diri yang sangat baik terhadap keluarganya sendiri (+anak-anaknya).
Kedua, alasan internal yang berpusat pada pengolahan jiwanya sendiri, yang memungkinkan diri untuk tetap tabah, sabar, konsisten dan setia menjalani kehidupan dalam kebaikan. Itulah hidup yang realistis, dengan tidak membiarkan diri hanyut dalam berbagai fantasi dan imajinasi yang terlalu menjulang serta jauh meninggalkan ralistas dengan tidak membiarkan dirinya bersama laki-laki lain yang bukan suaminya.

Akhirnya bisa dilihat, betapa sikap laku realistis membawa manusia ke kesederhanaan yang menentramkan. Kesederhanaan yang memungkinkan manusia menjalani hidup dengan tabah, sabar, tekun, taat asas, dalam kebaikan.

(Bagi pembaca laki-laki, obyek seyogyanya dikembalikan kepada diri sendiri sebagai cermin terhadap olah laku yang tidak sepatutnya dalam memandang perempuan dalam konteks yang di bahas format ini).


Read More......

Sabtu, 09 Februari 2013

Max Havelaar


Novel ini ditulis oleh Multatuli (Eduard Douwes Dekker) yang meski ditengah kontroversinya apakah seluruh kejadian di novel ini adalah fakta, namun buku ini berani dan mampu melawan kolonialisme. Buku yang terbit di akhir abad 17 ini juga menginspirasi bung Karno untuk melawan penjajahan.

Max Havelaar sendiri digambarkan sebagai seorang asisten residen di Lebak (sekarang masuk Provinsi Banten). Dia menggantikan asisten sebelumnya yang tewas terbunuh, Slottering, sebelumnya Havelaar bertugas sebagai asisten residen di Natal (sekarang masuk Provinsi Sumatera Utara).

Apa yang menjadi permasalahan pada saat itu di Pulau Jawa adalah strategi yang digunakan kolonial Belanda untuk mengisi kembali pundi-pundi perbendaharaan kas mereka yang kosong akibat membiayai perang. Perang terbesar pada saat itu ialah Perang Jawa (1825-1830). Perang tersebut dimenangi oleh pemerintah kolonial Belanda dengan menyerahnya Pangeran Diponegoro. Dengan demikian, pemerintah kolonial tidak punya 'saingan' dalam memerintah Pulau Jawa. Namun, perang tersebut menyisakan kerugian yang cukup besar di pihak kolonial baik di Jawa maupun di negeri Belanda. Gubernur Jenderal Belanda pada saat itu ialah Johannes van den Bosch beride bagaimana mengembalikan kekayaan Pemerintah Belanda. Idenya adalah Pemerintah kolonial menerapkan sistem penanaman atau Cultuurstelsel.

Sistem tersebut tidak pernah tertuang secara eksplisit, namun didasarkan pada prinsip umum sederhana. Daerah-daerah berutang pajak kepada pemerintah yang besarnya 40% dari taksiran hasil panen utama (biasanya beras). Pajak tersebut dibayarkan dalam uang tunai, namun sulit dalam pelaksanaannya karena sumber daya administrasi dan uang tidak tersedia. Bila pendapatan panen suatu daerah lebih besar daripada pajak yang harus ditanggungnya, maka ia memperoleh kelebihannya, sementara kalau pendapatan hasil panen kurang dari pajak yang seharusnya, maka daerah tersebut harus menggantinya dari sumber pendapatan lain. namun yang terjadi adalah: bagi desa harus ada nilai tukar antara pajak tanah yang didasarkan atas komoditi beras dan komoditi ekspor kepada pemerintah  Sistem ini mengharuskan masyarakat petani di daerah Jawa untuk menanam tanaman yang laku di pasar dunia seperti kopi, tebu, teh untuk diserahkan pada pemerintah kolonial sebagai pajak dalam bentuk natura (barang). Sebelum berkembangnya produksi gula dan nila, hanya kopi yang memiliki nilai ekonomis (ditanam di Priangan, Jawa Barat). Namun perkebunan nila tidak berhasil, sebagian besar perkebunan di Yogyakarta dan Surakarta berubah menjadi perkebunan gula. Selain itu, bagi penduduk yang tidak memiliki tanah, diharuskan membayar pajak dengan bekerja pada tanah milik pemerintah kolonial. Sistem Cultuurstelsel ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1830 dan pada tahun 1840 diterapkan di seluruh Pulau Jawa. 

Pada prakteknya, keuntungan hanya dinikmati oleh pengusaha Cina serta pada administrator dan para pejabat pribumi yang sebagian besar tidak hanya menerima persentasi namun juga memiliki tanah jabatan (Ricklefs). Dampak-dampak cultuurstelsel ini tentu saja menguntungkan negeri Belanda. Dalam kurun waktu 1831-1877, telah dihasilkan 827juta gulden. Dampak sosial dan ekologi tentu saja rusak. Penderitaan orang-orang di Jawa meningkat, serta lingkungan yang tak stabil. peruntukan lahan untuk padi diubah jadi menanam tebu. Akibatnya timbul paceklik. Sementara itu perdagangan komoditi ekspor dari Jawa ke Eropa semakin didominasi swasta, karena itu banyak yang tertarik menjadi broker antara sang majikan, Belanda, dan petani.  Broker kopi ini, menurut Ricklefs (1993), bekerja sama dengan pegawai Belanda untuk memenuhi target ekspor kopi. Ketika cultuurstelsel mulai dihapuskan, kopi adalah komoditi yang dihapuskan terakhir kali. 

Keadaan Sosial
Struktur cultuustelsel berdampak pada tatanan kehidupan sosial. Kepala desa merupakan penghubung antara petani dan pejabat yang puncaknya adalah bupati. Bupati adalah bangsawan yang mengepalai kabupaten dan bertanggung jawab pada pemerintahan Belanda. Pejabat Belanda di suatu kabupaten ditugasi untuk mengurus penerimaan pajak dari masyarakat petani. Permasalahan korupsi yang muncul ialah, mereka dibayar sesuai dengan persentase penyerahan komoditi pertanian. Komoditi ekspor yang menjadi hak pemerintah dihargai terlalu rendah. Perdagangan komoditi ekspor di jalur swasta meningkat, dan terjadi pemerasan terhadap desa-desa. Korupsi merajalela dan pemerintah pusat di Batavia tidak mampu memantau hal tersebut ke seluruh daerah.



 

Ada beberapa pertanyaan sekaligus kritik yang disampaikan Multatuli yang mungkin masih relevan sampai sekarang.:
Pertama, Kritik terhadap Sumpah Jabatan. Ketika diangkat sebagai Asisten Residen, Havelaar diminta mengucapkan sumpah bahwa akan mematuhi dan menegakkan peraturan dan undang-undang yang juga terpenting adalah akan melindungi penduduk Bumi Putera terhadap penindasan, penyiksaan, penganiayaan. Apakah demikian yang dilakukan pejabat pemerintahan sekarang yang membela kepentingan rakyat kecil diatas kedudukannya?
Kedua, ia menegaskan apa panggilan bekerja. Ketika Max Havelaar memimpin rapat setelah ia dilantik maupun dalam surat-suratnya ia memberi pandangan apa peranan sebagai pekerja pemerintah :

Sebab kita bersukacita bukan karena memotong padi; kita bersukacita karena memotong padi yang kita tanam. Dan jiwa manusia bukan tumbuh karena upah, tapi karena kerja yang membikin ia berhak untuk menerima upah.
Dan apa jawab kita, kalau sesudah kita mati, ada suara menegur roh kita dan bertanya: "mengapa orang meratap di ladang-ladang, dan mengapa pemuda-pemuda menyembumyikan diri? Siapa yang mengambil panen dari lumbung dan menteret kerbau yang akan membahak ladang dari kandang? Apa yang telah klau lakukan dengan saudaramyu yang kuserahkan penjagaannya kepadamu? Mengapa si celaka itu bersedih hati dan mengutuk kesuburan istrinya? (h.69)

Adakah yang lebih tinggi dari kebahagiaan? Maka bukankah kewajiban kita untuk membahagiakan manusia? Dan jika untuk itu diperlukan kerja, bolehkah kita melarang orang Jawa bekerja, pekerjaan yang yang diperlukan untuk kebahagiaan jiwanya, supaya nanti tidak akan dibakar dalam api neraka (h.88) 

..supaya anda tinggalkan sikap takut-takut dan tampil dengan berani memperjhuangkan sesuatu kepentingan (h.145)

dan ucapan ini ditujukan bukan terutama pada anda, tetapi kepada sekolah di mana anda dididik menjadi pegawai negeri Hindia (h.145). Hendaklah kata yang mulia itu terbukti dengan cara lain, dari sekedar gelar yang membosankan itu, gelar yang mengganggu arti kalimat.

Ketiga, mengkritik pengangkatan gubernur jenderal. Multatuli mempersoalkan pengangkatan gubernur jenderal. Menurutnya, orang yang diangkat menjadi gubernur jenderal seharusnya selain cakap adalah seorang yang cukup punya pengalaman memimpin, mengingat permasalahan di Hindia sangat kompleks. Persoalan kesetiaan dan kejujuran menjadi poin penting. Dari cerita Multatuli ini juga dapat diketahui bahwa praktik korupsi sudah berlangsung dari sejak dulu. Gedung-gedung pemerintahan yang dibangun seringkali tidak berdasarkan anggaran biaya yang telah disusun, tetapi menggunakan tenaga kerja paksa yang tidak dibayar. Dan terutama Multatuli menyoroti perilaku para pemimpin Belanda di Hindia seperti buta mendadak: 

Orang yang baru beberapa waktu yang lalu tersembunyi di antara lingkungannya, tidak menonjol dalam pangkat atau kekuasaan, biasanya secara tiba-tiba, diangkat di atas orang banyak, yang jauh lebih besar jumlahnya dari lingkaran kecil yang dahulu membenamnya sebhingga tidak kelihatan oleh orangl dan saya kira tepatlah jika saya menyebut tempatnya yang tinggi itu membuat pemandangan orang berputar-putar....seperti kita menjadi buta apabila kita dengan cepat dipindahkan dari tempat yang gelap pekat ke tempat yang cerah. (h.149)

Keempat, mengkritik gaya hidup saleh? Multatuli mengkritisi apakah benar pandangan orang Belanda, bahwa mereka adalah golongan Eropa terpilih yang mendapat berkat Tuhan, berbeda dengan Prancis yang terjadi bunuh-bunuhan. Sementara orang Belanda berdiam di negeri jauh, Orang Jawa yang digambarkan kafir malah menghasilkan kekayaan bagi mereka (h.159)
Dari sudut pandang orang Belanda yang di negeri Belanda apakah kalimat: orang harus bekerja keras, dan siapa yang tidak mau, adalah miskin dan tetap tinggal miskin, dengan sendirinya (h.162) tetap relevan terlaksana di tanah jajahan?

Kejadian Lebak sudah jauh di belakang kita, tapi pertemuan dengan Max Havelaar tetap aktual. Sosok individu yang mempunyai perasaan kemanusiaan berjuang melawan kepentingan diri kolektivitas, dengan motif-motif manusia.

Para pemimpin negara ini perlu memaknai kembali sumpah jabatannya untuk membela rakyatnya alih-alih kepentingan politik golongan ataupun partainya. Wallahualam...

Read More......

Kamis, 07 Februari 2013

Martha Khristina Tiahahu



Hati siapapun pasti dipenuhi haru dan bergetar menyebut namanya. Wanita satu ini benar-benar berhati keras seperti baja. Konsistensi kejuangan dan militansinya tidak cukup menaikkan jempol seorang saja manusia.

Lahir di Nusa Laut, kepulauan Maluku tahun 1801. Ketika penduduk Saparua dengan dipimpin kapitan Pattimura melawan Belanda, kapitan Paulus Tiahahu terjun memimpin penduduk Nusa Laut. Lalu berhasil merebut benteng Beverwijk di Negeri Sila, Leinatu.
Berbagai upaya yang dilakukan Belanda untuk memadamkan kobaran pemberontakan rakyat tidak berhasil, sebelum pada akhirnya memperalat seorang guru (Sosialisa sang penghasut bangsa) yang berhasil masuk benteng dengan mengatasnamakan raja-raja Nusa Laut yang sudah berdamai dengan Belanda. Siasat licik ini (10 November 1817) Belanda berhasil masuk benteng dan menangkap kapiten Paulus Tiahahu dan putrinya.

Ketika setelah melalui Pengadilan Darurat yang memutuskan hukuman mati bagi kapiten Paulus Tiahahu, dengan gagah beraninya Khristina mengusulkan dirinya sebagai pengganti ayahnya untuk dihukum mati.
Ketika pada akhirnya eksekusi (secara sadis dengan kepala dipenggal dan tubuhnya dihujani peluru) bagi ayahnya dilaksanakan, Khristina menyaksikan hukuman mati atas ayahnya dengan sikap dingin, tanpa air mata yang menetes, lalu dengan langkah tegap ia meninggalkan arena eksekusi.

Deraan pemandangan mengenaskan yang terpampang di depan matanya saat eksekusi ayahnya tidak membuat dia jera dan berubah haluan setelahnya.
Kemudian setelah itu hutan adalah pilihan utamanya utuk melanjutkan perjuangan dengan cara menghimpun sisa-sisa lasykar ayahnya, sebelum kemudian dia ditangkap kembali.

Setelah menolak tawaran kompromi kemudian diputuskan dia harus menjalani hukuman buang dan kerja paksa di Jawa dengan 39 anak buahnya, dalam perjalanan kapal ke Jawa dalam sakitnya yang parah ia juga menolak mentah-mentah untuk diobati dokter Belanda, sebelum pada akhirnya dia wafat (2 Januari 1818) dan jenazahnya dibuang/dilempar begitu saja ke laut diantara pulau Buru dan Pulau Tiga oleh Belanda.

Militansinya yang patut diacungi jempol, tidak pernah lupa pada tujuan perjuangan sekalipun ditekan dengan deraan ancaman menghunjam dan bujukan kompromi yang menyesatkan bangsa.
Tidakkah ada jaman sekarang hati bak sekeras baja yang konsisten pada tujuan perjuangan dan tidak pernah terbujuk kompromi?
Baginya konsekwensi perjuangan bisa berwujud apa saja. Jangan memilih konsekwensi perjuangan.
Semoga bisa memotivasi perjuangan di era saat ini, khususnya perjuangan perempuan.

Read More......

Minggu, 03 Februari 2013

Nyi Ageng Serang


Nama asli Nyi Ageng Serang adalah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih asli Edi Retno (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1.752 - Yogyakarta, 1828) Adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Dia adalah putri dari Pangeran Natapraja yang mengontrol daerah terpencil dari kerajaan Mataram yang sekarang tepatnya di wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya meninggal Nyi Ageng Serang menggantikan ayahnya. Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan KalijagaHe juga memiliki pahlawan nasional adalah keturunan Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Dia adalah seorang pahlawan nasional yang hampir terlupakan, mungkin karena namanya tidak sepopuler RA Kartini atau Cut Nyak Dhien tapi dia adalah anugerah bagi negara Warga Kulon Progo monumen mengabadikan dirinya di pusat kota Wates patung dia adalah kuda gagah berani membawa tombak..

Lahir dan meninggal untuk berjuang mungkin itulah gambaran yang paling tepat untuk memvisualisasikan sosok Nyi Ageng Serang. Betapa tidak, lahir di tengah suasana perang Mangkubumi (19 Mei 1746) yang baru berakhir setelah dia berusia 9 tahun yang akhirnya menghasilkan 'Perjanjian Gianti (13-2-1755) yang lalu memecah Mataram menjadi Kasunanan Surakarta (Paku Buwono III) dan Kasultanan Yogyakarata (Sultan Hamengku Bowono I), begitupun inilah yang menjadi pemicu hengkangnya keluarganya (Panembahan Natapraja) karena tidak menyukai hubungan politiknya dengan VOC.

Sikap frontal habis-habisan ayahnya terhadap Belanda menggembleng Nyi Ageng Serang dan saudara laki-lakinya menjadi mahir dalam soal militer.
Ketika pada akhirnya saudara laki-lakinya  dan ayahnya gugur, Nyi Ageng hanya bisa mendengar dan berdoa dari balik jeruji penjara.

Pada usia belia dia diserahkan Belanda ke Yogyakarta (masa Sultan Hamengku Buwono II/ tahun 1792). Perlakuan bak keluarga keraton yang diterimanya, tidak melunturkan keberanian terhadap penjajah. Hasrat untuk mengusir penjajah tetap berkobar, untuk itu dia selalu tirakat, mendekatkan diri pada Tuhan dengan puasa, semadi, dsb. Ketka memutuskan pulang ke kampung halamannya, Serang, ini mempertemukannya dan lalu menikah dengan Pangeran Kusuma Wijaya yang memiliki semangat juang sama dengan dirinya.
Pada akhirnya putrinya dinikahkan dengan putra Sultan Hamengku Buwono II yang bersimpati pada Nyi Ageng Serang, sehingga mempunyai putra R.M Papak yang lalu bermitra dengan neneknya dalam pasukan Diponegoro.

Tahun 1810 (Daendels) memaksa turun Hamengku Buwono II diganti Hamengku Buwono III (putranya).
Tahun 1812 (Raffles) / Inggris menangkap, membuangnya. Ketika Belanda berkuasa kembali dan Perang Diponegoro pecah, Hamengku Buwono III memperalat Hamengku Buwono II (besan Nyi Ageng Serang) untuk mengambil hati bangsawan agar dapat mempengaruhi untuk menghentikan perlawanan rakyat yang memihak pergerakan Diponegoro.
Bujukan Hamengku Buwono II tidak pernah digubris (terutama oleh besannya, juga cucunya) yang menggabungkan diri dengan pasukan Pangeran Diponegoro, dengan jabatan pinisepuh (penasehat perang).
Pada saat itu (1825) usia Nyi Ageng 73 tahun, tetapi dia bukan nenek dan wanita renta, sekalipun harus ditandu dalam setiap pertempuran.
Ketika Perang Diponegoro pecah pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang juga menjadi salah satu panglima tentara. Pasukan dibantu oleh banyaknya simpatisan yang membesar, terutama banyak petani yang bergabung dengan tentara. Nyi Ageng Serang juga dikenal sebagai pelatih dan negosiasitor ulung.
Pada 1828, setelah suaminya lebih dulu gugur, dia juga wafat  bersamaan dengan wafatnya Hamengku Buwono II. Tetapi konten, aviliasi dan arus politik yang akhirnya berbeda meninggalkan kesan yang berbeda pula.
Nyi Ageng Serang meninggal karena sakit dan sudah berusia lanjut dan dimakamkan di Orchard beku, Pagerarjo, Kalibawang, Kulonprogo. Makam ini terletak di sebuah bukit, sekitar 6 km dari jalan - Muntilan Dekso. Jarak dari Yogyakarta ± 32 km, dari kota Wates ± 30 km.

Makam ini dipugar pada tahun 1983 dengan berbentuk bangunan joglo. Pemerintah Kabupaten memberikan atensi besar dengan kegiatan pemugaran kompleks makam Nyi Ageng Serang, makam suaminya, ibu, cucu dan yang telah dimakamkan di desa Nglorong.

Selain makam Nyi Ageng Serang, di Kulonprogo, juga dibangun sebuah monumen Nyi Ageng Serang. Monumen ini menggambarkan sosok Nyi Ageng Serang memimpin pasukannya sambil menunggang kuda.
 


Semoga bisa memotivasi, menjadikan mata hati kita terbuka dalam berpolitik. Bahwa politik itu seharusnya hitam dan putih (seperti Nyi Ageng Serang), bukan abu-abu (seperti Hamengku Buwono II), wallahualam....

Read More......

Berharap Indah Pada Akhirnya.

Berbagai fenomena negatif pada beberapa kader berbagai partai belakangan ini memunculkan generalisasi pendapat buruk di kalangan masyarakat. Yang lebih parah lagi mulai merontokkan kepercayaan publik (masyarakat) terhadap partai politik.
Mulai dari dugaan motivasi pribadi ataupun urusan partai, dua-duanya saling melengkapi untuk dijadikan alasan pada para pegiat korupsi di internal partai-partai.
Alasan kedua lebih mengemuka sehubungan dengan eskalasi politik saat ini menuju 2014.

Pada akhirnya, memaksa para petiggi partai politik dan kader parpol untuk mengintrospeksi sistem partainya, apakah manajemen sistem politik partainya sudah benar sehingga tidak  menyebabkan kebocoran ekses negatif pada masing-masing kadernya dengan dalil mengumpulkan setoran untuk partai (yang lebih banyak untuk diri sendiri). Lebih-lebih pada partai yang masih relatif  'bersih'.

Kekurangan pada partai politik yang tercemar lebih pada minimnya controlling pada lintas level dalam partainya sehingga setelah terjadi beberapa hal yang tidak diinginkan pada akhirnya hanya tinggal saling lempar tanggung jawab, ataupun saling menutupi untuk menjaga nama baik partai, juga dalam hal minimnya pencerahan terhadap label moral para kader, kecuali hanya dorongan motivati gerakan paratai dalam lini kepentingan partai itu sendiri, hal inilah terutama yang menyebabkan demoralisasi kader. Tetapi apapun dan bagaimanapun loyalitas internal para kader terlanjur menyusut berkurang berbanding lurus dengan terpengaruhnya militansi para kader. Lalu bagi publik, masih berpengaruhkah idiom-idiom dan semboyan-sembayan partai 'bersih, bermoral, beragama. dlsb' yang diusung seolah hanya sebagai magnet penggerak untuk melakukan push pada perolehan suara partai?

Semoga masih ada partai yang benar-benar tidak hanya sloganing pada platform pergerakannya untuk sekedar meningkatkan perolehan suara pada partainya, tetapi lebih pada mengakarnya platform pada jiwa seluruh kader dan perjuangan partainya.

Read More......
Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2013/01/cara-membuat-like-box-facebook-melayang_4.html#ixzz2PMSpJU00 Follow us: @aby_farhan on Twitter