Mandiriyes


peluang bisnis online jangka pendek dan jangka panjang

Jumat, 06 September 2013

Who Wants to be a Diplomat ? (2)

Apa yang terlintas di pikiran anda ketika mendengar kata “diplomat”?

Jalan-jalan ke luar negeri, gaji dolar, penampilan stylish & dandy lengkap dengan jas dan dasi, kehidupan glamour, pintar bersilat lidah dengan bahasa-bahasa bersayap? Atau mungkin anda sepakat dengan adagium lama bahwa diplomat identik dengan protokol, alkohol, dan kolesterol? Imajinasi anda memang tidak terlalu salah, tapi juga tidak mencerminkan profesi diplomat secara benar dan utuh.
Profesi diplomat jauh lebih luas dari sekadar hal-hal yang sering diimajinasikan oleh orang awam.

Siapakah Diplomat? Siapa sebenarnya diplomat itu?
Tanpa harus merujuk pada konsep-konsep yang kompleks atau tinjauan sejarah yang panjang, secara sederhana diplomat bisa disebut sebagai seseorang yang bekerja di kementerian luar negeri dan ditempatkan di suatu negara untuk menjalankan fungsi yang terkait dengan hubungan negaranya dengan negara lain. Seseorang diplomat bisa saja berasal dari instansi di luar kementerian luar negeri (contoh atase militer, atase pendidikan, atase perdagangan, dll), tapi ia berada di bawah koordinasi dan otorisasi kementerian luar negeri. Sebaliknya ada juga pegawai kementerian luar negeri yang bekerja di luar negeri tapi ia bukan diplomat, contohnya staf lokal, pegawai administrasi dan komunikasi. Singkatnya, diplomat adalah suatu profesi yang spesifik dengan karakter dan fungsi tertentu.

Pertanyaan selanjutnya, apa sebenarnya yang dikerjakan seorang diplomat?
Secara konseptual diplomat memiliki empat fungsi utama, yaitu (1) mewakili (representing) pemerintah negaranya di negara tempat ia ditugaskan (negara akreditasi); (2) mengembangkan (promoting) hubungan baik antara negaranya dengan negara akreditasi; (3) melindungi (protecting) warga negaranya atau kepentingan negaranya di negara akreditasi; (4) merundingkan (negotiating) berbagai hal terkait dengan hubungan negaranya dengan negara akreditasi; dan (5) mendapatkan (ascertaining) informasi terkait dengan perkembangan negara akreditasi kemudian melaporkannya kepada pemerintah negaranya.
Konkritnya seorang diplomat mengerjakan hampir semua hal yang terkait dengan hubungan negaranya dengan negara lain. Jangan bayangkan kerja diplomat hanyalah kerja-kerja yang “keren” seperti menjadi delegasi di PBB, menghadiri sidang ASEAN, atau juru runding perjanjian RI dengan negara lain, dll. Diplomat juga harus menjalankan dengan tugas-tugas yang bersifat pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat seperti pelayanan visa atau perlindungan warga RI di luar negeri.
Jadi, seorang diplomat juga harus siap mengurus TKI bermasalah dari mulai mengunjungi penjara, menyediakan bantuan hukum, memproses pemulangan, bahkan termasuk mengantar jenazah WNI ke tanah air. Deplu saat ini memberikan prioritas yang tinggi terhadap upaya pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri dengan semangat “kepedulian dan keberpihakan”. Bukan zamanya lagi diplomat hanya tampil necis di KBRI dan acara-acara seremonial. Bukan waktunya lagi diplomat yang angkuh dan arogan terhadap warga sendiri di luar negeri. Diplomat RI harus siap menggulung lengan baju dan terjun langsung melayani masyarakat kita di luar negeri. KBRI adalah rumah Indonesia di luar negeri yang bisa diakses oleh WNI setiap saat.
Mengingat tuntutan tugas yang beragam, seorang diplomat dituntut untuk memiliki kecakapan yang komplit. Pertama, dari aspek mental harus dicamkan bahwa pada dasarnya seorang diplomat adalah seorang pegawai negeri atau aparat negara. Diplomat bukan pegawai swasta, akademisi, jurnalis, atau aktivis LSM. Sebagai aparat negara ia adalah abdi dan pelayan kepentingan rakyat.

Terkait dengan hal ini seorang diplomat minimal harus memiliki dua karakter utama.
Pertama, ia harus memiliki mental melayani kepentingan masyarakat. Mentalitas birokrat lama yang lamban dan justru ingin dilayani harus dibuang jauh-jauh. Kedua, seorang diplomat dengan sendirinya haruslah seorang nasionalis. Artinya, ia memiliki kepekaan terhadap masalah kemasyarakatan dan kebangsaan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memperjuangkan kepentingan bangsanya dalam hubungan antarbangsa. Selain itu karena merupakan aparat negara dan bagian dari birokrasi maka seorang diplomat juga harus taat dengan prosedur dan mekanisme kerja pemerintahan yang memiliki jenjang dan hierarki tertentu, tanpa harus menjadi birokratis. Jika anda tidak memiliki semangat pelayanan atau kesiapan dengan struktur birokrasi, ada baiknya anda bekerja di tempat lain apakah sebagai peneliti, aktivis LSM, atau di sektor usaha.
Kedua, dari sisi intelektualitas seorang diplomat dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai hal. Yang pertama dan paling utama, seorang diplomat harus paham dan mengenal betul negerinya sendiri. Ia harus menguasai pengetahuan tentang sejarah, sistem dan dinamika perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, geografi negerinya sendiri dengan baik.
Untuk mahasiswa Hubungan Internasional hal ini perlu diperhatikan, karena terkadang karena terlalu “asyik” dengan segala hal yang berbau internasional, justru kurang memperhatikan perkembangan-perkembangan di dalam negeri. Selain pemahaman masalah dalam negeri, pemahaman masalah-masalah internasional juga mutlak diperlukan mulai dari isu-isu politik, keamanan, ekonomi, lingkungan, hinga masalah-masalah sosial budaya. Memiliki keahlian di satu aspek yang khusus sangat baik, akan tetapi seorang diplomat harus tetap memiliki pemahaman memadai terhadap semua masalah. Dengan kata lain seorang diplomat dituntut untuk menjadi seorang generalis sekaligus spesialis.
Ketiga, karena lingkup tugasnya berhubungan erat dengan hubungan antarindividu, dari sisi keterampilan, seorang diplomat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik. Penguasaan bahasa Inggris yang baik, bahkan mendekati sempurna, adalah suatu keharusan. Akan menjadi nilai lebih jika memiliki kemampuan bahasa asing lainnya, khususnya bahasa yang digunakan di PBB (Arab, Perancis, China, Jepang, Spanyol, Jerman, atau Rusia). Kecakapan berbicara di depan publik (public speaking) juga merupakan suatu keharusan bagi seorang diplomat.
Yang juga tidak kalah pentingya bagi seorang diplomat adalah kemampuan berinteraksi, termasuk interaksi interkultural. Seorang diplomat harus luwes bergaul dengan siapa saja dan dari latar belakang apa saja. Karena itu, seorang diplomat juga memiliki pikiran yang terbuka serta fleksibilitas dalam berinteraksi. Singkatnya, seorang diplomat harus tegas dalam prinsip namun fleksibel dalam pendekatan. Seorang yang dogmatis dan kaku tidak cocok untuk menjadi seorang diplomat. Dengan kemampuna komunikasi dan interaksi yang baik, seorang diplomat akan mampu membangun hubungan dan jaringan yang luas di mana saja yang sangat penting untuk mendukung tugasnya. Siapkan Strategi Pertempuran Jika kualifikasi tersebut sudah anda dimiliki, berarti anda sudah layak untuk menjadi seorang diplomat.

Sekarang masalahnya adalah bagaimana anda bisa masuk ke Departemen Luar Negeri.
Di manapun di seluruh dunia, profesi diplomat selalu memiliki tingkat kompetisi yang tinggi, apalagi di Indonesia dimana tingkat penganggguran sangat tinggi. Sebagai ilustrasi, pada perimaan tahun 2006 yang lalu, terdapat sekitar 15.000 pendaftar, sementara yang diterima hanya 100 orang. Dalam hal ini strategi dan taktik menembus ujian sangat menentukan. Karena ada kalanya kemampuan yang baik tidak selalu berarti anda bisa lulus ujian. Anda boleh memiliki semua prasyarat sebagai diplomat yang ideal, tapi ketika Anda tidak mempersiapkan ujian dengan baik, bisa saja anda gagal dan kalah dari orang yang kemampuannya biasa-biasa saja tapi memiliki persiapan dan strategi ujian yang baik. Karena itu kata kuncinya adalah persiapan, strategi, dan taktik!

Ada empat tahapan seleksi ujian Deplu.
Pertama, seleksi kelengkapan administrasi, mulai dari ijazah, bukti identitas diri (KTP, Akte Kelahiran), hingga surat-surat keterangan lainnya. Dalam tahap ini yang dilihat hanyalah kelengkapan dan kesesuaian dengan syarat yang dibutuhkan. Karena itu, anda harus cermat dan teliti, jangan sampai ada dokumen yang salah atau tertinggal.
Setelah seleksi administrasi lolos, tes tahap kedua adalah ujian subtansi tertulis mengenai masalah-masalah nasional dan internasional, dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Biasanya soal terdiri dari tiga kategori, yaitu pilihan berganda, pertanyaan dengan jawaban pendek, serta pertanyaan esai opini. Secara umum anda harus menguasai isu-isu nasional dan internasional terkini (minimal satu tahun terakhir dan enam bulan ke depan). Pada pertanyaan kategori pertama dan kedua, anda harus menguasai pengetahuan yang bersifat detail (contoh: siapa Sekjen ASEAN sekarang, di mana KTT ASEAN XII diadakan, berapa kali Indonesia jadi anggota DK PBB, siapa Sekjen WTO, kapan Amandemen Ketiga UUD, sebutkan visi Kabinet Indonesia Bersatu, berapa negara dan sebutkan seluruh anggota ARF, dll). Oleh karena itu Anda dituntut bukan saja memahami tapi juga hafal data-data yang detail mengenai suatu peristiwa. Pertanyaan kategori tiga adalah pertanyaan dengan jawaban esai mengenai berbagi isu nasional dan internasional kontemporer (contoh: Jelaskan pendapat Anda mengenai penanganan TKI; Bagaimana peran Indonesia dalam DK PBB, dll).
Seleksi tahap ketiga adalah kemampuan bahasa. Anda bisa memilih bahasa Inggris saja, atau bahasa-bahasa PBB lainnya yang dikuasai (Arab, Perancis, Spanyol, China, Jepang, Jerman, dan Rusia). Peserta bahasa asing selain Inggris memang lebih sedikit, tapi umumnya mereka yang memilihnya memang menguasai dengan baik. Jadi jika pemahaman bahasa asing selain Inggris anda sedang-sedang saja, sebaiknya pilih bahasa Inggris saja. Tes kemampuan bahasa adalah tes tertulis standar TOEFL atau EPT (biasanya di LIA) dengan standar minimum 550. Akan lebih baik jika sebelum ujian anda berlatih tes yang sejenis sehingga bisa mnegukur kemampuan.
Tes keempat terdiri dari tiga jenis tes, (1) tes psikologi tertulis dan wawancara ; (2) tes kemampuan teknologi informasi, dan (3) wawancara substansi. Tes psikologi akan menilai apakah secara psikologis anda cocok menjadi diplomat. Dengan kata lain anda akan dinilai apakah memiliki kepribadian yang terbuka, kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan mengidentifikasi kelemahan, kelebihan, dan tujuan hidup, dll. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam tes ini. Yang perlu dipersiapkan adalah kepercayaan diri, ketenangan dan daya tahan, karena tes berlangsung cukup lama dan melelahkan. Tes pengetahuan teknologi informasi (IT) pada waktu yang lalu dilakukan secara tertulis. Pertanyaan seputar istilah-istilah IT yang banyak digunakan (misalnya WiFI, LAN, blackberry, dll), software maupun pemrograman, atau cara-cara menjalankan operasi komputer. Tes terakhir dan biasanya paling menentukan adalah tes wawancara substansi. Setiap orang akan menghadapi satu panel yang terdiri dari tiga interviewer. Wawancara berlangsung maksimal 30 menit. Pertanyaan seputar masalah nasional dan internasional dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain kemampuan menjawab pertanyaan, dinilai juga penampilan dan tingkah laku. Jadi selain mempersiapkan substansi, anda juga harus tampil dengan baik. Jika anda lulus tahap terakhir ini, maka Selamat anda telah menjadi calon diplomat !!! The First Step of Long Journey Lulus seleksi adalah awal dari perjalanan anda menjadi diplomat.

Bersuka cita selama bulan-bulan pertama boleh-boleh saja. Akan tetapi setelah itu anda harus melalui tahapan-tahapan panjang dalam karier sebagai diplomat. Satu tahun pertama calon diplomat harus mengikuti Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) selama sekitar tujuh bulan dilanjutkan dengan magang di luar negeri selama tiga bulan. Selama Sekdilu, para calon diplomat akan mendapatkan materi seputar pengetahuan tata organisasi Deplu, substansi hubungan internasional, politik luar negeri, diplomasi dan masalah-masalah domestik, serta keterampilan-keterampilan diplomasi (negosiasi, public speaking, korespondensi diplomatik, bahasa asing dll) Setelah selesai mengikuti pendidikan, maka para diplomat muda akan ditempatkan di unit-unit di Deplu selama selama sekitar tiga tahun. Selama periode tersebut, para diplomat muda juga diberi kesempatan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi (S-2 atau S-3). Deplu sangat mendorong para diplomat untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Setelah sekitar tiga tahun di dalam negeri, para diplomat muda ditempatkan ke perwakilan-perwakilan RI di luar negeri selama tiga tahun. Setelah itu mereka harus kembali ke tanah air selama dua sampai tiga tahun, dan kemudian ditempatkan lagi di luar negeri. Demikian seterusnya hingga pensiun.

Dalam perjalanan karier seorang diplomat, ia akan mendapat ranking diplomatik secara berjenjang. Dari mulai terendah sampai tertinggi adalah: attaché, third secretary, second secretary, counselor, minister counselor, minister, dan ambassador. Duta besar adalah karier puncak seorang diplomat, meskipun tidak semua diplomat bisa mencapai karier puncak tersebut. Selain itu, karena merupakan jabatan politis maka duta besar juga bisa diisi oleh mereka dari luar diplomat karier. Untuk mencapai puncak karier diplomat juga terdapat jenjang-jenjang pendidikan yang harus dilalui seperti Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) untuk tingkat madya dan Sekolah Pimpinan Departemen Luar Negeri (Sesparlu)

Nah, bagaimana dengan kesejahteraan?
Selama bertugas di dalam negeri gaji diplomat sama seperti pegawai negeri pada umumnya tergantung pangkat dan golongan (mulai dari Rp.1 juta hingga 3 juta). Dibanding dengan sektor swasta tentu gaji pegwai negeri relatif lebih kecil. Selama di luar negeri memang seorang diplomat digaji dengan mata uang dollar Amerika Serikat. Mengingat standar kehidupan di luar negeri yang relatif cukup tinggi dan status sebagai wakil negara, diplomat mendapatkan penghasilan yang cukup tinggi dibanding standar pegawai negeri di dalam negeri. Di luar negeri, rata-rata seorang diplomat bergaji mulai US$ 3000 hingga US$ 6000 per bulan. Akan tetapi, ketika kembali ke tanah air maka gajinya kembali ke standar tanah air. Yang pasti, pendapatan sebagai seorang diplomat relatif mencukupi sehingga tidak ada alasan untuk tidak bekerja secara optimal apalagi untuk korupsi.

Demikianlah gambaran mengenai karier sebagai diplomat.
Terlepas dari masalah prospek karier dan tingkat kesejahteraan, mestinya pilihan karier didasarkan pada minat, kemampuan, dan idealisme. Satu hal yang pasti, seorang diplomat adalah penyambung lidah rakyat, pelayan dan pengabdi rakyat. Karena itu diplomat harus peduli, berpihak, dan bekerja keras memperjuangkan kepentingan bangsa, negara dan rakyat!!!! Selamat menjadi diplomat!!!!

Sumber : Antoniusmario

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2013/01/cara-membuat-like-box-facebook-melayang_4.html#ixzz2PMSpJU00 Follow us: @aby_farhan on Twitter