Mandiriyes


peluang bisnis online jangka pendek dan jangka panjang

Kamis, 07 Februari 2013

Martha Khristina Tiahahu



Hati siapapun pasti dipenuhi haru dan bergetar menyebut namanya. Wanita satu ini benar-benar berhati keras seperti baja. Konsistensi kejuangan dan militansinya tidak cukup menaikkan jempol seorang saja manusia.

Lahir di Nusa Laut, kepulauan Maluku tahun 1801. Ketika penduduk Saparua dengan dipimpin kapitan Pattimura melawan Belanda, kapitan Paulus Tiahahu terjun memimpin penduduk Nusa Laut. Lalu berhasil merebut benteng Beverwijk di Negeri Sila, Leinatu.
Berbagai upaya yang dilakukan Belanda untuk memadamkan kobaran pemberontakan rakyat tidak berhasil, sebelum pada akhirnya memperalat seorang guru (Sosialisa sang penghasut bangsa) yang berhasil masuk benteng dengan mengatasnamakan raja-raja Nusa Laut yang sudah berdamai dengan Belanda. Siasat licik ini (10 November 1817) Belanda berhasil masuk benteng dan menangkap kapiten Paulus Tiahahu dan putrinya.

Ketika setelah melalui Pengadilan Darurat yang memutuskan hukuman mati bagi kapiten Paulus Tiahahu, dengan gagah beraninya Khristina mengusulkan dirinya sebagai pengganti ayahnya untuk dihukum mati.
Ketika pada akhirnya eksekusi (secara sadis dengan kepala dipenggal dan tubuhnya dihujani peluru) bagi ayahnya dilaksanakan, Khristina menyaksikan hukuman mati atas ayahnya dengan sikap dingin, tanpa air mata yang menetes, lalu dengan langkah tegap ia meninggalkan arena eksekusi.

Deraan pemandangan mengenaskan yang terpampang di depan matanya saat eksekusi ayahnya tidak membuat dia jera dan berubah haluan setelahnya.
Kemudian setelah itu hutan adalah pilihan utamanya utuk melanjutkan perjuangan dengan cara menghimpun sisa-sisa lasykar ayahnya, sebelum kemudian dia ditangkap kembali.

Setelah menolak tawaran kompromi kemudian diputuskan dia harus menjalani hukuman buang dan kerja paksa di Jawa dengan 39 anak buahnya, dalam perjalanan kapal ke Jawa dalam sakitnya yang parah ia juga menolak mentah-mentah untuk diobati dokter Belanda, sebelum pada akhirnya dia wafat (2 Januari 1818) dan jenazahnya dibuang/dilempar begitu saja ke laut diantara pulau Buru dan Pulau Tiga oleh Belanda.

Militansinya yang patut diacungi jempol, tidak pernah lupa pada tujuan perjuangan sekalipun ditekan dengan deraan ancaman menghunjam dan bujukan kompromi yang menyesatkan bangsa.
Tidakkah ada jaman sekarang hati bak sekeras baja yang konsisten pada tujuan perjuangan dan tidak pernah terbujuk kompromi?
Baginya konsekwensi perjuangan bisa berwujud apa saja. Jangan memilih konsekwensi perjuangan.
Semoga bisa memotivasi perjuangan di era saat ini, khususnya perjuangan perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2013/01/cara-membuat-like-box-facebook-melayang_4.html#ixzz2PMSpJU00 Follow us: @aby_farhan on Twitter