Berbagai fenomena negatif pada beberapa kader berbagai partai belakangan ini memunculkan generalisasi pendapat buruk di kalangan masyarakat. Yang lebih parah lagi mulai merontokkan kepercayaan publik (masyarakat) terhadap partai politik.
Mulai dari dugaan motivasi pribadi ataupun urusan partai, dua-duanya saling melengkapi untuk dijadikan alasan pada para pegiat korupsi di internal partai-partai.
Alasan kedua lebih mengemuka sehubungan dengan eskalasi politik saat ini menuju 2014.
Pada akhirnya, memaksa para petiggi partai politik dan kader parpol untuk mengintrospeksi sistem partainya, apakah manajemen sistem politik partainya sudah benar sehingga tidak menyebabkan kebocoran ekses negatif pada masing-masing kadernya dengan dalil mengumpulkan setoran untuk partai (yang lebih banyak untuk diri sendiri). Lebih-lebih pada partai yang masih relatif 'bersih'.
Kekurangan pada partai politik yang tercemar lebih pada minimnya controlling pada lintas level dalam partainya sehingga setelah terjadi beberapa hal yang tidak diinginkan pada akhirnya hanya tinggal saling lempar tanggung jawab, ataupun saling menutupi untuk menjaga nama baik partai, juga dalam hal minimnya pencerahan terhadap label moral para kader, kecuali hanya dorongan motivati gerakan paratai dalam lini kepentingan partai itu sendiri, hal inilah terutama yang menyebabkan demoralisasi kader. Tetapi apapun dan bagaimanapun loyalitas internal para kader terlanjur menyusut berkurang berbanding lurus dengan terpengaruhnya militansi para kader. Lalu bagi publik, masih berpengaruhkah idiom-idiom dan semboyan-sembayan partai 'bersih, bermoral, beragama. dlsb' yang diusung seolah hanya sebagai magnet penggerak untuk melakukan push pada perolehan suara partai?
Semoga masih ada partai yang benar-benar tidak hanya sloganing pada platform pergerakannya untuk sekedar meningkatkan perolehan suara pada partainya, tetapi lebih pada mengakarnya platform pada jiwa seluruh kader dan perjuangan partainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar